Kemunculan Omicron BA.4 dan BA.5, Epidemiolog UNAIR: Prokes Masih Jadi Kunci

    Kemunculan Omicron BA.4 dan BA.5, Epidemiolog UNAIR: Prokes Masih Jadi Kunci

    SURABAYA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengkonfirmasi kemunculan Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 terdeteksi masuk Indonesia pada awal Juni lalu. Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) Laura Navika Yamani SSi MSi  memaparkan bahwa varian baru Covid-19 BA.4 dan BA.5 pertama kali ditemukan di Afrika Selatan.

    “Varian baru Covid-19 BA.4 dan BA.5 ini pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan sedikitnya ada delapan kasus subvarian BA.4 dan BA.5 yang dicatat oleh Kementerian Kesehatan, ” ujarnya, Kamis (23/6/2022).

    Lebih jauh, Laura menuturkan bahwa dari kedelapan kasus yang ditemukan di Indonesia tiga di antaranya berasal dari kasus impor. Selain itu, terdapat juga kasus transmisi lokal yang terdeteksi di Bali dan Jakarta.

    “Dari delapan kasus tersebut tiga orang yang teridentifikasi merupakan kasus impor dari Mauritius, Amerika Serikat, dan Brazil. Sementara sisanya merupakan kasus transmisi lokal, ” ucap Laura.

    Sebagian besar penderita positif Covid-19 Omicron BA.4 dan BA.5 yang terdeteksi di Bali dan Jakarta tersebut, kata Laura, tidak berjalan dan merasakan gejala ringan. Sedangkan satu penderita merasakan gejala sedang.

    Pada temuan kasus Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ini Laura menyebutkan terdapat dua penderita yang terjangkit BA.4 dan enam penderita terjangkit BA.5.

    “Dari temuan kasus itu, dua penderita dilaporkan terpapar Omicron BA.4, sementara enam penderita terpapar Omicron BA.5. Mereka sudah menerima vaksin Covid-19 dosis lengkap,  booster atau tiga dosis, bahkan ada yang empat dosis, ” ucap dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat itu.

    Tindakan Pencegahan

    Laura menegaskan, tindak pencegahan yang dapat dilakukan hingga kini tetap dengan menerapkan protokol kesehatan dan vaksinasi.

    “Tindakan pencegahan Covid-19 dengan varian apa saja masih sama dengan sebelumnya. Protokol kesehatan masih menjadi kunci yang penting dan tentunya vaksinasi yang perlu didorong terutama untuk vaksin booster yang cakupannya masih rendah di bawah 30 persen, ” ucap Laura.

    Menurut Laura, antibodi yang terbentuk pasca vaksinasi dapat berkurang dengan periode waktu lebih dari 6 bulan. Untuk itu, perlu dibangkitkan kembali antibodi untuk memperkuat daya tahan tubuh terhadap kemungkinan varian baru yang muncul.

    Pada subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, menurut Laura, memiliki gejala yang hampir sama dengan varian sebelumnya sesama Omicron. Namun, lebih ringan dari pada varian Delta.

    Pada varian baru tersebut hingga kini kasus mengalami kenaikan namun masih dalam batas yang aman. Sementara kenaikan akibat kemunculan BA.4 atau BA.5 di Indonesia, hingga hari ini ditemukan sebagian besar sudah transmisi lokal.

    Laura menyebut, hingga kini belum ada kematian yang disebabkan oleh virus Omicron BA.4 dan BA.5. “Kabar baiknya, severitas rendah, dan tidak ditemukan kematian. Di Afrika Selatan sudah mencapai puncak dari BA.4/BA.5. Tinggi puncak kasusnya sekitar 1/3 dari puncak Omicron BA.1. CRF cuma 5 per 100.000 kasus positif, dibandingkan dengan CFR pada subvarian sebelumnya yang 1-4 per seratus kasus positif, ” ucapnya. (*)

    Penulis: Septiana Wulandari

    Editor: Binti Q. Masruroh

    SURABAYA
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Polresta Banyuwangi Fasilitasi Isbat Nikah...

    Artikel Berikutnya

    Kejari Kota Kediri Launching Satgas Pemberantasan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVny Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Didi Sungkono, S.H., M.H.: Pelaku Arogan Suruh Anak SMA Sujud dan Menggonggong Tidak Beradab
    Hendri Kampai: Indonesia Dikuasai Oligarki, Jangan Sampai Rakyat Merasa Dijajah 'Kumpeni' Zaman Now
    Hendri Kampai: Kekuasaan, Kesempatan untuk Berbuat Baik atau Kezaliman yang Menghancurkan

    Ikuti Kami