Pasca-Pandemi, Sistem Manajemen Kesehatan Primer Perlu Upgrade

    Pasca-Pandemi, Sistem Manajemen Kesehatan Primer Perlu Upgrade
    Dr Khadizah haji Abdul Mumin dari PAPRSB Institute of Health Science Universiti Brunei Darussalam saat menyampaikan paparan dalam webinar.

    SURABAYA – Pandemi Covid-19 selama lebih dari 2 tahun menyisakan beragam kebiasaan baru di tengah masyarakat. Sistem kesehatan dasar dalam masa transisi menuju endemi dan upaya menghadapi adaptasi kebiasaan baru memerlukan sebuah pembaharuan manajemen primer.

    Bahasan mengenai itu didiskusikan Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKKFakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) dalam webinar internasional pada Kamis (24/3/2022) secara daring. Dengan mengangkat topik manajemen perawatan kesehatan primer.

    Webinar yang juga buah kerja sama dengan Research Group for Health and Wellbeing of Women and Children itu menghadirkan tiga narasumber. Yakni, Dr Khadizah haji Abdul Mumin dari PAPRSB Institute of Health Science Universiti Brunei Darussalam; Kumari Vibhti Kayak PhD, Peneliti Center of Studies in Social Sciences Calcutta, India; dan Alya Hazfiarimi MPH dari Centre for Health Equity The University of Melbourne.

    Upgrade Sistem

    Khadizah mengungkapkan, sangat perlu ada upaya penguatan sistem menuju pencapaian SDGs kesehatan dan pendidikan. Terutama mengenai penyusunan kurikulum baru dalam menghadapi kejadian luar biasa pada masa depan seperti halnya Covid-19.

    “Saat awal terjadi pandemi, kurikulum manajemen kesehatan primer terlihat belum siap dalam menyesuaikan keadaan secara cepat. Sehingga perlu ada upgrade sistem manajemen kesehatan dalam menghadapi keterbatasan selama pandemi, ” katanya.

    Promosi Kesehatan

    Sementara itu, Kumari menyatakan promosi kesehatan kepada masyarakat tradisional mengenai pembaharuan sistem manajemen kesehatan juga memerlukan keahlian khusus. Terutama berkaitan dengan pemberian edukasi kepada mereka. 

    “Yang utama, kita harus menyediakan sumber daya manusia khusus dalam menghadapi mereka (masyarakat tradisional, Red). Terutama yang mudah beradaptasi dengan mereka, ” katanya.

    Pengenalan pengetahuan kesehatan bagi masyarakat tradisional, imbuh Kumari, perlu memperhatikan faktor pendekatan budaya. Agar, masyarakat lebih mampu dan mudah menerima informasi kesehatan. 

    “Yaitu, dengan melakukan akulturasi. Seperti pengobatan tradisional, ” katanya.

    Layanan Prima

    Pada sesi terakhir, Alya membagikan kisah penyediaan layanan asuhan bersalin selama masa darurat kesehatan saat pandemi Covid-19. Mengingat, itu menjadi bagian dari manajemen kesehatan primer yang paling riskan terhadap penularan virus Covid-19. 

    “Kami mempelajari data ini dari bidan yang memiliki pengalaman terkait. Yang utama, perempuan yang akan menjalani persalinan harus mendapat perlakuan perawatan yang baik. Menggabungkan pola sosial dan pekerja kesehatan akan menjadi kunci dalam baiknya penyedian asuhan bersalin ini, ” tuturnya.

    Jadi, manajemen kesehatan primer memerlukan upaya peningkatan sistem secara berkala. Khususnya mendorong hadirnya pelayanan prima yang solutif dan inovatif. 

    Penulis: Azhar Burhanuddin

    Editor: Feri Fenoria

    SURABAYA
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Dorong Ekonomi Masyarakat Mandiri Satgares...

    Artikel Berikutnya

    KAI Daop VII Madiun Bersama Komunitas Rail...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVny Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Didi Sungkono, S.H., M.H.: Pelaku Arogan Suruh Anak SMA Sujud dan Menggonggong Tidak Beradab
    Hendri Kampai: Indonesia Dikuasai Oligarki, Jangan Sampai Rakyat Merasa Dijajah 'Kumpeni' Zaman Now
    Hendri Kampai: Kekuasaan, Kesempatan untuk Berbuat Baik atau Kezaliman yang Menghancurkan

    Ikuti Kami